Selasa, 20 Oktober 2009

PUISI KU II (LAWAN SAJA)

hormat kami kepada para iblis ifrit penguasa hitam semesta
dari bom waktu digenggaman kafingah suci serupa imam samudra
walakan sampit sekonyol brimop yang takut dengan senjata
atau kumpulan bromop di alexsapatis mendapatkan kontol dan ribuan kepala
mencupuk saingi kamboja pahlawan reformasi pahlawan reformasi ala semanggi
memperkosa sekawanan bos oleh kekuasaan cendana merajai
menghitam mahasiswa yang serempak di jalan ala polisi dan abri
sampai busana pos terakhir marsina mulai ditutupi
berkedok kenyamanan stabilitas nasional ritual jalur bus way
dalam ingatan kita akan penjahat kelamin, tansil, bob hasan, dan tommy
memaksa ribuan kumpulan kawan di perempatan jalan setiap demo aksi
datang tak pernah perang melebihi abu bakar ba'asir di televisi
beropini sela tidak beragumentasi semaco ahmad dani
membuat sony memperbudak musisi dalam lama dan kualisi
soeharto yang telah mati di tangisi sekawanan tajir seamis taik
mencukur donasi renaisi saat orde baru pangkat timor dan solusi
teropsesi kembali militasi tiap jengkal pasukan enspansi
tak berani berdiri dan duduk pun sambil masturbasi sembah disesali
batalion partir setara kopasus baret merah paska baret merah paska tragedi bom bali
enam juta kepala yahudi mencari obsesi mereka menyaingi pembantaian ala nazi
lubang silif FPI yang berkoar saat melukai diwarung nasi
membawa nama kesucian rencana pahit setelah kematian doktor azhari
terlihat tolol ujung kontol sebuah pistol di kepala para pembenci
takuti melawak para tentara seperti eko, patrio, dan akri
terlalu banyak yang berbicara kebenaran di podium
mempromosikan mengagenda janji seniman zat opium
hari - hari yang indah buat maria efa dan yayazaen berbuat mesum
air mata buaya sebagai bukti penyesalan di depan umum
seberapa banyak calon mentri yang bertebaran lainnya yang bercampur masum
mengimi - imingi ala surga ucapan manis asalamualaikum
membantai dan merakit molotof kotor di kampus umum
tertawa dan didakwa dengan alasan bahwa mereka bukan oknum
jangan berhenti bertanya tentang pencari awal tahun 80an
pabrik mendominasi tantangan atas kedok kesehatan
mentolelir jangan mereka menegak bulu kuduk geriliawan
sebentar lagi apa yang diebut bangsa berubah menjadi selokan
berangakai undang - undang perbaikan sejelas tafsir
mempersulit dakwaan siapa pembunuh munir
atau ada kospirasi multi nasional yang semakin mahir
mengeksploitasi bulu jumbut tahta sampai hitungan terakhir

by : edwin hartadi lubis
fB: bartimeuz@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar